Ariel Tatum Perankan Ronggeng Gunung

Titimangsa berkolaborasi bersama Ariel Tatum dan juga seniman kota Jawa Barat dan Jakarta untuk melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah ke hadapan para penikmat seni di kota Bandung.

Aug 10, 2024 16:43 · 2 bulan lalu
 181
Ariel Tatum Perankan Ronggeng Gunung
Ariel Tatum Perankan Ronggeng Gunung

INFOBAIK I BANDUNG,- Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation kembali hadir dengan produksi ke-79 yang bertajuk Sang Kembang Bale (Nyanyian yang Kutitipkan pada Angin). 

Pementasan ini juga didukung oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Bank BCA. Juga didukung oleh venue partner NuArt Sculpture Park, Bandung.

Pementasan yang terinspirasi dari kesenian Ronggeng Gunung ini, merupakan sebuah sajian seni pertunjukan klasik dari daerah Jawa Barat yang dipentaskan pada 10-11 Agustus 2024 mendatang di NuArt Sculpture Park, Bandung. 

Kesenian Ronggeng Gunung merupakan kesenian tradisi khas daerah Kabupaten Ciamis dan Pangandaran yang kini sudah masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda. 

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian mengatakan 

Titimangsa senantiasa menghadirkan karya-karya yang tak hanya menghibur, tapi juga memiliki nilai budaya dan juga sejarah yang amat mendalam.

Kali ini melalui produksi terbarunya, Titimangsa berkolaborasi bersama Ariel Tatum dan juga seniman kota Jawa Barat dan Jakarta untuk melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah ke hadapan para penikmat seni di kota Bandung. 

Dia optimistis bahwa produksi Sang Kembang Bale ini tidak hanya menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah, tetapi juga memberikan pengalaman budaya yang mendalam dan inspiratif bagi semua penikmat seni. 

"Semoga pertunjukan ini dapat menghidupkan kembali kekayaan budaya Indonesia agar terus dikenal dan dicintai oleh generasi mendatang,” kata Renitasari kepada wartawan di Bandung, Jumat malam (9/8/2024)

Adapun Produser Sang Kembang Bale, Pradetya Novitri mengaku bahwa pihaknya sudah mengagendakan pertunjukan ini sejak tiga tahun lalu.

“Kesenian Ronggeng Gunung ini perlu diperlihatkan ke banyak orang karena kondisinya hampir punah. Saat ini, pelakunya hanya tinggal 2 orang. Sangat sayang kalau kita tidak meneruskannya kembali,"ungkapnya 

Pementasan ini juga bertujuan untuk mengkonservasi pengetahuan tentang kesenian Ronggeng Gunung. Kami melakukan riset ke tempat kelahiran Ronggeng Gunung, juga membawa pemain, pemusik dan penari yang berasal dari generasi muda untuk langsung belajar kesenian Ronggeng Gunung kepada para pelakunya. 

"Harapannya dengan ini, nyanyian, musik dan tarian yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, lebih panjang lagi nafasnya,” ujarnya

Sutradara Sang Kembang Bale, Heliana Sinaga menjelaskan pertunjukan yang dipentaskan di area terbuka di kota Bandung ini menyuguhkan kidung, tari, dan drama Ronggeng Gunung. Terdiri dari 1 orang pemain yang diperankan oleh Ariel Tatum, diiringi 4 penari, dan 3 orang pemusik yang menghidupkan kembali nilai-nilai budaya adiluhung Ronggeng Gunung. 

"Sang Kembang Bale berkisah tentang kehidupan seorang ronggeng (Kembang Bale) di Panyutran, sebuah kampung di Padaherang,"ujarnya

Seorang Kembang Bale terlahir dari perih kehidupan masa kecilnya. Memasuki masa remaja ia terpilih oleh para ronggeng gunung sepuh untuk menjadi penerus sebagai ronggeng sejati. Kemiskinan yang mendorongnya untuk memasuki dunia ronggeng. Tapi dunia yang dimasukinya itu semakin hari semakin menariknya untuk lebih dalam memaknai bagaimana semestinya sikap seorang ronggeng (kembang bale).

Menurutnya, dalam monolog ini segala kegelisahan, konflik batin, ketakutan, keinginan, dan harapan sang Kembang Bale ditampilkan bersama dengan tembang-tembang ronggeng gunung. Penonton melihat bagaimana sang ronggeng juga adalah manusia, yang seringkali meragu. Namun, ia berusaha lurus dalam pilihannya menjadi perempuan terpilih yang dicintai sekaligus disegani di masyarakatnya.

“Mengangkat tema Ronggeng Gunung berdasarkan biografi pelaku atau pewaris Ronggeng Gunung ke panggung pertunjukan, Sang Kembang Bale adalah salah satu alternatif menghidupkan kembali relasi nilai-nilai dan relasi interaksi manusia dengan manusia, alam & penciptanya. Penggambaran alur, gerak, musik & lagu yang dibawakan oleh Ariel Tatum dan seluruh tim yang terlibat semoga bisa menjadi arsip kebudayaan yang didapat melalui pengalaman menonton yang berbeda,” jelasnya

Penulis naskah Sang Kembang Bale, Toni Lesmana dan Wida Waridah yang berasal dari Ciamis menjelaskan bahwa proses penulisan naskah Sang Kembang Bale ini diawali dari hasil wawancara langsung dengan pelaku kesenian Ronggeng Gunung, yakni Bi Pejoh, Bi Raspi, juga Mang Sarli. 

Penggalian dari pengalaman mereka selama menekuni sekaligus melestarikan kesenian Ronggeng Gunung, khususnya di daerah Panyutran, Pangandaran, memunculkan hal baru yang cukup menarik.

“Kami mencoba menghadirkan kenangan, kegelisahan dan harapan tokoh Sang Kembang Bale, dengan memasukkan unsur-unsur tradisi yang kami rasa penting kehadirannya dalam kesenian Ronggeng Gunung,” kata Wida Waridah yang juga penulis Sang Kembang Bale.

Sebagai koreografer pertunjukan, Rachmayati Nilakusumah mengatakan

berbeda dengan tarian-tarian yang ada di Jawa Barat, gerakan tari utama Ronggeng Gunung adalah kaki. Dalam bahasa Sunda kita kenal dengan istilah ‘sareundeuk saigel’ (seirama segerakan -red)

"Nah, dalam tarian Ronggeng Gunung kalau kita salah irama atau salah gerakan kita akan terinjak oleh orang lain. Jadi penting sekali kebersamaan,” katanya

Sementara itu, Sang Kembang Bale Ariel Tatum mengungkapkan menjadi seorang Ronggeng Gunung tidak hanya dituntut untuk menari, namun juga menyanyi, bermain, dan menciptakan komposisi musik serta lirik secara langsung. 

Dia mengaku baru kali pertama bermain monolog di atas panggung. Bertemu dengan sang sutradara, Heliana Sinaga, Ariel siap meleburkan dirinya menjadi Sang Kembang Bale. 

Tantangan utama yang paling dirasa Ariel adalah belajar cengkok dalam menyanyikan lirik lagu. Namun setelah belajar langsung dengan Bi Pejoh dan penyanyi dari tim Swarantara, Ariel mampu menguasai tekniknya.

“Rasanya sungguh penuh haru, seperti udara segar yang baru. Ronggeng Gunung adalah sebuah kemagisan dari leluhur kita sendiri, jadi memang hanya kita yang bisa meneruskan itu semua. Semoga dengan pementasan ini generasi muda mau belajar lebih banyak, mau tahu lebih banyak hal sehingga kita lebih kaya lagi dengan budaya-budaya yang sebenarnya sudah lama ada dan mengalir di tubuh kita,”pungkasnya