Bey Triadi Geber Pembangunan 2 Koridor LRT Bandung Raya

Oct 4, 2023 14:00 · 1 tahun lalu
 77
Bey Triadi Geber Pembangunan 2 Koridor LRT Bandung Raya
Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin

INFOBAIK.ID I BANDUNG,- Restu Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas pada pekan lalu terkait pembangunan Light Rail Transit (LRT), direspon kilat oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin.

Dia mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, guna mengakselerasi pembangunan LRT tahap awal di Bandung Raya, yakni pembangunan koridor rute Babakan Siliwangi-Leuwi Panjang dan Tegalluar-Leuwi Panjang. Dua koridor ini sambung dia, diharapkan dapat segera berproses, minimal groundbreaking di awal 2024.

"Tadi saya berbicara dengan Kementerian Perhubungan. Jadi untuk LRT, Utara-Selatan untuk di Bandung. Babakan Siliwangi dan Leuwi Panjang. Tapi untuk Barat-Timur itu menggunakan jalur KRD tapi entah kapan, akan dielektrifikasi. Mudah-mudahan bisa secepatnya. Jadi KRL interval masih jauh. Kenapa tidak banyak yang menggunakan karena interval waktu masih jauh. Setengah jam sekali, seperti KRL di Jabodetabek," ujarnya usai pelantikan Pj Sekda Jabar di Gedung Sate, Selasa 3 Oktober 2023.

Bey Triadi menambahkan, sejatinya proses pembangunan koridor tidak akan berlangsung lama karena studinya telah ada. Maka dari itu dia berharap, Detailed Engineering Design (DED) dapat segera terlaksana sehingga groundbreaking secepatnya dilaksankan, selambat-lambatnya awal 2024.

"Saya ingin groundbreaking mudah-mudahan. Studi sudah terlalu banyak jadi tinggal groundbreaking. Kemarin Pak Presiden dengan anggaran Rp10,9 triliun sudah menyetujui. Jadi tinggal teknis detail yang harus segera disiapkan. Makanya saya minta Pak Sekda, sebisa mungkin kalau tahapan lancar. Minggu depan mungkin dengan Kementerian Perhubungan. Menko Marves dan Kementerian Keuangan. APBN bukan APBD. Babakan Siliwangi-Leuwi Panjang harus ada terobosan," ucapnya.

Sementara Pj Sekda Jabar Muhammad Taufik Budi Santoso menambahkan, dua koridor LRT ini menjadi prioritas pertama sebagai upaya mendukung proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) melalui koridor Tegalluar-Leuwi Panjang dan mengurai kemacetan wilayah Utara-Selatan, lewat koridor Babakan Siliwangi-Leuwi Panjang.

"Ini membutuhkan waktu dan Pak Gubernur menyampaikan kalau bisa tahun depan harus ada yang bisa dimulai untuk pembangunan fisik. Bukan berarti harus selesai tahun depan. Kemarin Pak Gubernur sudah mengirimkan surat ke Kementerian Perhubungan, sejalan dengan hasil ratas dengan Presiden. LRT jadi prioritas untuk ditangani dan disiapkan," imbuhnya.

Mengenai pembiayaan, Taufik mengaku untuk pembangunan sarana prasarana melalui kucuran anggaran APBN. Terlebih studi telah dilakukan dan tengah memasuki proses DED, yang turut diharapkan diambilalih oleh pemerintah pusat.

"Kemungkinan anggaran APBN lebih dominan supaya bisa ada proses percepatan. Studi awal sudah, dengan World Bank yang dikoordinasikan dengan Dishub. Tapi memang kita harus menyusun DED. Mudah-mudahan bisa difasilitasi Kemenhub," tuturnya.

Kendati dia tidak menampik, juga akan ada anggaran yang dikucurkan melalui APBD Provinsi Jabar. Khususnya bila ada pembebasan lahan serta perizinan. Tidak hanya itu, pihaknya turut mengupayakan kerjasama dengan pihak swasta dalam menyempurnakan pembangunan LRT ini.

"Lahan memaksimalkan punya pemerintah daerah dan pusat. Sehingga mengurangi biaya pembebasan tanah. Diharapkan ada blended finance, mungkin juga dari swasta dengan mekanisme misal KPBU. APBD terkait lahan, masalah perizinan dan lain-lain. Kalau ini didanai APBN untuk prasarananya, kita akan mohon kepada pemerintah pusat untuk bisa groundbreaking tahun depan. Mudah-mudahan. Upaya Pak Gubernur luar biasa untuk mengoordinasikan dan mengomunikasikan ini dengan kementerian di pusat," ungkapnya.

Sementara mengenai kebutuhan biaya untuk pembangunan dua koridor tersebut. Taufik menjelaskan, untuk pembangunan satu koridor dibutuhkan setidaknya Rp10 triliun. Itu pun belum termasuk moda angkutan dan biaya operasional.

"Satu koridor sekitar Rp10 triliun lebih. Kurang lebih Rp20 triliun (dua koridor) belum termasuk biaya pengadaan moda angkutan dan biaya operasional. Total hampir Rp30 triliun untuk dua koridor. Semua," papar Taufik.

Sedangkan disinggung mengenai titik-titik pemberhentian, Taufik mengaku akan dihubungkan dengan Transit Oriented Development (TOD). Pengembangan yang mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, ruang publik melalui konektivitas yang memudahkan pejalan kaki maupun pesepada guna mengakses layanan angkutan umum.

"Saya tidak hapal (jumlahnya), tapi titik itu akan dihubungkan dengan TOD yang ada disitu. Baik eksisting maupun yang baru," pungkasnya.