Lokakarya MPI Bakal Wujudkan Perdamaian dan Kesejahteraan Masyarakat Papua

lokakarya MPI ke-3 ini secara khusus ditujukan untuk menyaring dan merumuskan rekomendasi hasil Konferensi HPI (15-17 Februari 2022) yang lalu, guna kemudian dijalankan oleh gereja-gereja se-Papua dan Papua Barat.

Feb 24, 2022 18:13 · 3 tahun lalu
 181
Lokakarya MPI Bakal Wujudkan Perdamaian dan Kesejahteraan Masyarakat Papua


INFOBAIK.ID I BANDUNG,- Lokakarya Membangun Paradigma Inklusif (MPI) dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-167, dalam rangka menyaring konsep rekomendasi kebijakan yang akan dijalankan oleh gereja-gereja di Papua dan Papua Barat yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, lokakarya MPI ke-3 ini secara khusus ditujukan untuk menyaring dan merumuskan rekomendasi hasil Konferensi HPI (15-17 Februari 2022) yang lalu, guna kemudian dijalankan oleh gereja-gereja se-Papua dan Papua Barat. 

Lokakarya tersebut melibatkan 13 orang pendeta, para pimpinan gereja, dosen sekolah tinggi teologia (STT) serta Tim Formatur pendirian Papua Christian Center. Diantara yang hadir tersebut, diantaranya Pdt. James Wambraw (Gereja Kristen Nazarene / GKN, Ketua PGGS Kota Jayapura), Alfius Aninam (Wakil Ketua II STAKPN Sentani), Dave Doyapo (Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia Wilayah Papua) dan Pdt. Robert Marini (Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua / GPDP), Pdt. Frangky Korwa (Sekretaris Umum PGGJ Kab. Jayapura), Pdt. Gersyon Anthon Billik (Ketua Badan Pengurus Wilayah GSJKI Papua), Pdt. Johny Sugiana (Ketua Badan Pengurus Wilayah XII Gereja Pantekosta Tabernakel/GPT), Maryam Deda (STT Baptis), Yan Braher Tomasoa (Bendahara Wilayah GKN), Pdt. Edwin Ronald Pattipawae (Wakil Ketua I Gereja Protestan Indonesia / GPI Klasis Jayapura-Nabire), Pst. Konstantinus Bahang, OFM (Ketua Program Pascasarjana STT Filsafat Fajar Timur), Pdt. Mathan Ayorbaba (Wakil Sekretaris PGGP) dan Pdt. Reinhard Berhitu (Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia / GKII Kota Jayapura).

Direncanakan kegiatan akan berlangsung selama 3 hari (23-25 Februari 2022). Agenda lokakarya hari pertama (23 Februari 2022) diisi dengan pembukaan oleh Pdt. Tommy Lengkong (Sekretaris Umum PGLII) dan Pdt. MPA Mauri (Wakil Ketua Panita HPI, Ketua II PGGP). 

Pdt. Tommy Lengkong menyampaikan harapan agar lokakarya MPI dapat memperlengkapi pemimpin-pemimpin gereja dan STT dengan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka menjawab permasalahan isu-isu yang ada di masyarakat sekitar.

“lokakarya MPI diharapkan dapat melengkapi pemimpin-pemimpin gereja dan STT dengan pengetahuan dan keterampilan guna menjawab permasalahan isu-isu yang ada di masyarakat sekitar”, kata Pdt. Tommy dalam keterangan resminya, Kamis (24/2/2022)

Sementara itu, Pdt. MPA Mauri berharap para peserta lokakarya MPI dapat aktif memberikan pemikiran guna memperkuat hasil Konferensi HPI yang telah dicapai sebelumnya sehingga dapat berdampak nyata.

Sesi pengenalan konsep inklusivitas dalam Lokakarya tersebut diberikan oleh  Esther Silalahi (Konsultan PGLII, fasilitator MPI) serta refleksi Alkitab diberikan oleh Pdt. Dr. Anil Dawan (Manajer Faith and Development WVI) dengan penekanan agar gereja sebagai representasi Yesus Kristus harus membawa dampak positif bagi masyarakat yang bersifat majemuk. 

“Sejalan dengan itu, para pemimpin gereja harus berpikir dan bertindak inklusif sehingga dapat menjembatani perbedaan antar kelompok, serta berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di Papua”, ujar Pdt. Dr. Anil Dawan. 

Sementara itu, peserta lokakarya juga diberikan Pembekalan metode analisa “Pohon Masalah” sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi sebab-akibat dari berbagai permasalahan di Papua yang sebelumnya telah dibahas dalam Konferensi HPI. 

Para fasilitator pelatihan mengarahkan para peserta untuk fokus pada masalah-masalah prioritas yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari, serta realistis untuk ditangani sesuai dengan kapasitas gereja. 

Melalui proses diskusi kelompok, para peserta berhasil menentukan 3 masalah yang dipandang paling mendesak / prioritas tertinggi saat ini, yaitu Bidang Pendidikan seperti kurangnya integrasi antara Sekolah Minggu dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Gereja-Gereja; Bidang Ekonomi : Potensi Perekonomian Orang Asli Papua (OAP) yang belum Maksimal; Serta Bidang Sosial : terkait 65.000 pengungsi di Papua.

Sedangkan, pada hari ke-2 dan ke-3 dijadwalkan akan diisi dengan pembekalan metode analisa lanjutan, khususnya terkait merancang program / aktivitas gereja melalui kolaborasi dengan kelompok lain dan pemerintah dalam rangka menjawab isu-isu prioritas yang telah diidentifikasi.