Viral, Ada Praktikum Pernikahan Poligami di Tasikmalaya?

Jan 11, 2024 20:00 · 9 bulan lalu
 62
Viral, Ada Praktikum Pernikahan Poligami di Tasikmalaya?
Viral, Ada Praktikum Pernikahan Poligami di Tasikmalaya?


INFOBAIK.ID I TASIKMALAYA,- Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan wilayah XII Provinsi Jawa Barat mengklarifikasi soal viral video praktikum pernikahan poligami di SMK Duta Pratama Indonesia Tasikmalaya. 

Hasilnya pihak Dinas Pendidikan mengatakan praktikum itu tidak ada masalah, dan sudah sesuai aturan. Namun, ada beberapa catatan.

Mengutip detikJabar, pengawas SMK KCD Pendidikan wilayah XII Jawa Barat, Dede Nana Johari mengatakan kegiatan itu sudah selaras dengan metode pembelajaran berbasis proyek yang menjadi bagian dari kurikulum merdeka. Dia bahkan mengapresiasi pihak sekolah yang dianggap sudah menjalankan model pembelajaran yang diarahkan oleh Kementerian Pendidikan.

"Dari sisi metodologi itu justru pembelajaran yang kekinian, justru di push Kemendikbud itu agar pembelajaran siswa itu memang berbasis proyek. Dan, di sini kalau dilihat terkait dengan metodologinya, sudah berbasis proyek, kemudian juga melibatkan antarmata pelajaran. Jadi itu sudah kolaboratif, kan pembelajaran sekarang itu ada istilah 4 C. Ini sangat kontruksi,"jelasnya

Dia menjelaskan istilah 4C itu merupakan singkatan dari creativity, critical thinking, collaboration, dan communication. Dede mengaku melihat dalam praktikum itu unsur dari 4C ini muncul. "Yang justru bermasalah adalah sekolah-sekolah yang masih menerapkan pembelajaran yang masih ceramah, tanya jawab yang membawa siswa itu ke masa lalu, bukan ke masa depan. Sekarang memang zamannya pembelajaran berbasis proyek," kata Dede.

Hasil komunikasi dengan pihak sekolah, kata Dede, kegiatan praktikum pernikahan itu sudah melibatkan banyak mata pelajaran serta kolaborasi semua tingkatan di sekolah tersebut.

"Ada kesenian untuk kelas 10, ada wirausaha dan produk kreatif untuk kelas 11 dan untuk kelas 12 itu memang ada materi terkait dengan munakahat atau pernikahan. Jadi dengan adanya kolaborasi itu menjadi kolaborasi proyek sekolah," kata Dede.

Dede juga mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait dengan analisa Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), dan Acuan Tujuan Pembelajaran (ATP) dari praktikum pernikahan itu. "Jadi dalam suatu proyek itu dianalisa mengacu atau tidaknya terhadap kompetensi dasar. Ketika proyek itu mengikuti CPTPATP, tidak ada salah di situ," kata Dede.

Berkaitan dengan viralnya video berkaitan dengan pernikahan poligami yang kemudian menjadi kontroversi, atau pro dan kontra di masyarakat, Dede mengatakan hal itu diakuinya sebuah dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan proyek. Namun justru hal itu menurut Dede dapat dimaknai sebagai bahan pembelajaran, yang tidak hanya bagi anak-anak SMK tapi justru bagi masyarakat secara luas.

Dia menambahkan ide menggelar praktikum pernikahan poligami itu muncul dari siswa. Dia menduga hal itu menjadi bagian dari pikiran kritis anak-anak yang dalam istilah 4C dunia pendidikan, salah satunya critical thinking.

"Yang jadi viral mungkin di kurikulum belum ada inovasi yang arahnya beristri 2 itu tadi. Idenya (pernikahan poligami) muncul dari siswa, yang itu tidak terduga, boleh jadi sebagai pikiran kritis anak-anak. Sekarang mari kita bedah apakah pernikahan seperti itu boleh atau tidak, justru jadi pembelajaran juga bagi kita, baik pelajar maupun masyarakat. Kita bedah baik dari sisi hukum positif maupun dari sisi hukum agama," kata Dede.

Poin lain yang menjadi sorotan adalah soal adegan cium kening antara siswa yang berperan sebagai pengantin dalam praktikum tersebut. Beberapa kalangan menilainya sebagai sesuatu yang tak etis, meski sebagian kalangan lain menilai pengantin pria tak mencium kening, melainkan mencium mahkota yang dikenakan pengantin perempuan.

"Kalau kemudian di situ ada adegan persentuhan antara siswa dan siswi, ya sebetulnya dalam kegiatan pembelajaran yang lain pun, seperti outbond dan lainnya terkadang tidak bisa dihindari," pungkasnya