Indonesia Butuh Sumber Listrik Rendah Karbon

Oct 9, 2023 14:00 · 1 tahun lalu
 82
Indonesia Butuh Sumber Listrik Rendah Karbon
Indonesia Butuh Sumber Listrik Rendah Karbon

INFOBAIK.ID I BANDUNG,- Kebijakan  Pemerintah Indonesia ke perusahaan pertambangan untuk membangun fasilitas  peleburan (smelter) sebagai bagian dari operasi penambangan terintegrasi kian ditegaskan.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan  Indonesia ( Perhapi), Rizal Kasli mengatakan kebijakan tersebut diyakini dapat  membantu mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan posisi  Indonesia sebagai pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik global.

Visi  ini bukan tanpa dasar, mengingat bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel 
terbesar kedua di dunia, dengan total 22% 
dari cadangan nikel global.

Pengembangan smelter nikel, sebagai 
bagian dari kebijakan hilirisasi logam 
Indonesia, sangat penting untuk 
memastikan realisasi tujuan Indonesia 
menjadi produsen nikel global. Namun, 
salah satu aspek yang sering diabaikan 
oleh pelaku bisnis adalah ketersediaan
sumber energi listrik yang terjangkau dan 
berasal dari sumber rendah karbon.

" Ketersediaan dan biaya listrik adalah 
elemen infrastruktur penting untuk 
smelter. Sekitar sepertiga dari biaya 
pemrosesan logam, listrik biasanya 
merupakan komponen tunggal terbesar 
dari biaya operasional dalam operasi 
peleburan. Biaya aktual akan bervariasi,
berkisar antara 15% hingga 60% dari 
total biaya operasi peleburan, tergantung 
pada jenislogam, jenis tungku, proses 
yang digunakan, dan sumber listrik," 
jelas Rizal dalam keterangan resminya, Jumat (6/10/2023)

Memastikan akses terhadap listrik yang 
berasal dari sumber karbon rendah sangat penting untuk keberlanjutan  operasi smelter. Ini tidak hanya  berkontribusi untuk mengurangi biaya operasional tetapi juga selaras dengan tujuan keberlanjutan global.

Komitmen menyediakan listrik dengan 
karbon lebih rendah salah satunya telah 
dilakukan PT. Vale Indonesia Tbk ( PT 
Vale) dengan mengoperasikan tiga 
pabrik hydro, yakni PLTA Larona, 
Balambano, dan Karebbe, dengan 
kapasitas gabungan 365 Megawatt 
(MW). 

CEO PT. Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan pengoperasian fasilitas ini secara  signifikan mengurangi emisi GRK sebesar  lebih dari 1 jutaton CO2EQ per tahun  dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar batubara.

Selain itu, PT. Vale Berkolaborasi 
dengan Zheijiang Huayou, menerapkan 
teknologi HPAL yang diimplementasikan 
di Blok Pomalaa dan Blok Sorowako, 
berkontribusi pada upayapengurangan 
emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Dia menambahkan teknologi ramah lingkungan dan adopsi sumber energi yang bukan berasal  dari batubara akan semakin  meminimalkan emisidi fasilitas smelter  yang dimiliki.

“Sejalan dengan target lingkungan, kami menargetkan pengurangan 33% dalam Emisi Lingkup 1 dan 2 pada  tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) ada tahun 2050. Kami berkomitmen untuk menggunakan sumber energi alternatif rendah karbon untuk semua kebutuhan energi pembangkit nikel yang baru. Meskipun pilihan ini lebih mahal, 
pengabdian kami yang tak tergoyahkan 
mendorong kami menuju realisasi NZE. ”  pumgkasnya